Amir bin sa’ad bin waqqash
meriwayatkan dari sa’id bahwa Rasulullah saw bersabda “ Barang siapa yang pada pagi harinya makan kurma Ajwah, ia tidak akan
terkena racun dan sihir pada hari itu.” ( HR Muslim )
Hadits ini adalah salah satu hadits
sahih yang menjelaskan keutamaan kurma dan manfaatnya untuk kesehatan, terutama
kurma Ajwah. Para ulama telah menjelaskan makna hadits ini. Kemudian menjelaskan
penemuan-penemuan pengetahuan modern tentang berbagai rahasia dan kandungan
hadits tersebut.
Diantara para ulama, ada yang
mengidentikkan kurma yang berkhasiat menangkal racun dan sihir dengan kurma
Madinah. Mereka melakukan halitu dengan memperhatikan teks asli hadits. Ada juga
yang menggunakan nawa Ajwah ini untuk kurma sejenis, baik yang berada di
madinah maupun di luar madinah. Namun, yang diterima oleh semua kalangan adalah
kurma Ajwah dari madinah.
Ibnu Qayyim menuliskan dalam bukunya Zaadul Ma’ad, “ Kurma itu adalah makanan utama yang bisa menjaga kesehatan,
terutama bagi yang terbiasa memakannya, seperti penduduk Madinah.”
Seandainya hal ini diketahui oleh
Socrates, Galianous atau pakar-pakar kedokteran lainnya, mereka akan
meresponnya dengan analisis, menyebarkannya, dan mungkin ada yang tunduk kepada
Allah SWT. Meskipun mereka termotivasi untuk membuat sebuah hipotesis.
Sementara itu, seluruh wahyu dan
sabda Nabi saw. Harus diyakini sera diterima secara langsung. Keduanya tidak
dipertentangkan, sebelum mendapatkan pemahaman yang utuh mengenainya.
Selama ini, yang kita ketahui tentang
sihir adalah salah satu bentuk dari penyakit-penyakit kejiwaan. Syarat kejiwaan
berpengaruh besar pada proses penyembuhan. Dalam konteks ini, kita mendapat
informasi bahwa dengan mengonsumsi kurma, kesehatan jiwa terpelihara. Hal ini
disampaikan oleh Rosulullah saw, pembawa
kebenaran yang dipercaya dan yang tidak mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa
nafsunya, tetapi berdasarkan wahyu yang diterimanya.
Selama sanad dan matan hadits
tersebut masih sahih, hal itu tidak akan membahayakan, walaupun ilmu
pengetahuan modern belum menemukan keistimewaan kurma. Sesungguhnya, itu hanya
sebuah isyarat akan lemahnya perkembangan ilmu pengetahuan.
Tidak ada polemik di dalam hadits.
Allah SWT telah memperlihatkan hakikat hadits ini ke alam nyata. Kemudian riset
ilmiah berhasil menemukan pengaruh kurma yang mengagumkan terhadap kesehatan. Fenomena
ini diangkat dalam harian al-Ahram dengan
judul “ Kurma, Penawar Berbagai Penyakit dan Mempermudah Persalinan.”
Bukhari juga meriwayatkan sebuah
hadits setelah hadits tersebut dengan redaksi, “ Barang siapa yang pada pagi arinya sarapan dengan tujuh butir kurma,
dia tidak akan terkena racun dan sihir.”
Dengan demikian, semakin jelaslah
keistimewaan itu. Seluruhnya tertuju untuk orang-orang yang makan pagi dengan
kurma Ajwah. Ibnu Hajar mengatakan, “ Keistimewaan ini bisa juga ditujukan
kepada yang membiasakan diri makan kurma tersebut.”
Imam an-Nawawi mengatakan , “ Dalam hadits
ini, ada penjelasan bahwa kurma yang dimaksud adalah kurma Ajwah dari Madinah
sebagaimana disebutkan dalam hadits. Penyebutan angka tujuh ( dalam hadits
riwayat Bukhari diatas ) tidak bisa dilogikakan sebagaimana nisab-nisab zakat.
Kita bisa mengambil hikmah dari
hadits Nabi SAW dan menjadikannya sebagai argumentasi ilmiah tentang
keistimewaan buah kurma. Keistimewaan ini dapat diperoleh apabila dijadikan
sarapan pagi. Kemudian terus membiasakan diri dengan makanan tersebut. Adapun
penentuan angka tujuh adalah rahasia yang hanya diketahui Allah, kemudian
diketahui oleh orang-orang yang secara khusus meneliti persoalan tersebut.